ayokalteng.com, Batuah – Kepala Desa Batuah, Ariwanto, menggambarkan rasa prihatinnya terhadap situasi yang semakin meruncing di wilayahnya.
Kelangkaan pupuk bersubsidi menjadi sorotan utama yang dapat berimbas besar pada sektor pertanian di Kecamatan Raren Batuah, Kabupaten Barito Timur (Bartim).
Dalam wawancara dengan awak media Senin 22 Januari 2024, Ariwanto mengungkapkan bahwa kelangkaan pupuk bersubsidi telah menjadi permasalahan yang dialami masyarakatnya selama setahun terakhir.
“Warga masyarakat disini sering menanyakan kepada saya, katanya tolong kami pupuk gak ada, kalau seperti ini hasil pertanian bisa tidak maksimal, bahkan bisa gagal,” ujarnya.
Desa Batuah dikenal sebagai daerah agraris dengan mayoritas penduduknya bermata pencaharian sebagai petani dan pekebun.
Dari empat kelompok tani di desa tersebut, sekitar 300 hektar lahan pertanian menjadi tulang punggung ekonomi warganya.
Ariwanto memperkirakan sekitar 80 persen penduduk desa ini berperan sebagai petani yang menggantungkan hidupnya pada hasil bumi.
“Sulitnya mendapatkan pupuk bersubsidi ini sangat mengkhawatirkan. Sebagian besar petani di sini bergantung pada pupuk urea bersubsidi, dan kelangkaannya telah memaksa beberapa di antara mereka menggunakan alternatif yang kurang efektif, seperti tahi ayam dan tahi kambing,” tambahnya.
Petani di Desa Batuah terpaksa menghadapi dampak ketidaktersediaan pupuk bersubsidi dengan cara menggantikannya menggunakan pupuk organik.
Ariwanto mengakui bahwa meskipun upaya tersebut dilakukan untuk menjaga produktivitas pertanian, hasilnya tidak dapat menyamai penggunaan pupuk urea bersubsidi.
“Pastilah bedalah hasilnya, karena seharusnya menggunakan pupuk urea, tapi yang digunakan tahi ayam. Sebagai contoh, panen padi biasanya mencapai 50 hingga 60 sak per hektar dengan pupuk urea, namun tanpa pupuk, hasilnya bisa sangat berkurang, bahkan hanya 10 sak per hektar,” jelas Ariwanto.
Situasi ini menunjukkan potensi kerugian yang signifikan bagi petani dan mengancam ketahanan pangan di wilayah tersebut.
Meskipun petani telah berupaya menjaga produktivitas dengan cara mengganti pupuk bersubsidi yang sulit ditemukan, dampaknya tetap terasa pada hasil panen yang tidak optimal.
Kades Batuah pun berpendapat bahwa pemerintah daerah Bartim perlu segera mengambil langkah konkret untuk mengatasi masalah ini.
“Saya minta kepada pemerintah agar mempermudah masyarakat untuk mendapatkan pupuk bersubsidi, karena pupuk bersubsidi lebih murah dibandingkan pupuk non-subsidi. Dengan akses yang lebih mudah, petani dapat menjaga produktivitas pertanian mereka,” tegas Ariwanto.
Panggilan tersebut juga menggarisbawahi urgensi peran pemerintah daerah dalam memastikan ketersediaan pupuk bersubsidi di tingkat lokal. Menjamin akses yang mudah dan merata bagi petani menjadi kunci untuk mempertahankan ketahanan pangan dan mendorong pertumbuhan ekonomi di daerah tersebut.(*/A-1)